Home » » Itu Bukan Saya..!!

Itu Bukan Saya..!!


BENARKAH foto-foto petinggi Bengkulu yang beredar di facebook itu asli? Atau  mungkin foto-foto rekayasa? Asli atau bukan, jelas foto-foto tersebut bukan kebetulan. Tapi siapa di balik penyebaran foto-foto tersebut? Siapa yang diuntungkan dan dirugikan?

Untuk mencari tahu misteri di balik foto-foto petinggi Bengkulu, Tim dari RB Ricky Dwi Putra dan Masriyadi mewawancarai wanita yang disebut-sebut sebagai lawan video call sang petinggi tersebut. Wanita yang sudah bersuami, kelahiran Jakarta 9 Agustus 1991 dan berdarah Minang itu disebut-sebut juga namanya dalam BBM. Wawancara berlangsung di sebuah rumah makan di kawasan Tanah Patah. Sebut saja namanya Dt.

RB: Beberapa foto video call mirip Anda dengan salah seorang petinggi Bengkulu.  Sudah tahu, kan?

Dt: Aku da dengar dari teman-teman media. Kita kan baru pulang dari Jakarta. Pulang ke Bengkulu dapat kabar seperti ini, sempat shock sih,

RB : Sudah lihat foto-fotonya? Itu foto Anda?

Dt: Ada satu dua foto dikirimkan teman-teman media ke saya. Saya pastikan itu bukan saya. Saya tidak pernah melakukan aktivitas seperti itu. Apa sih yang tidak bisa direkayasa untuk zaman sekarang. Foto SBY saja bisa didampingin sama saya. Apalagi itu fotonya terpisah. Saya juga tidak dalam ruangan yang sama. Jadi saya yakin bukan saya. Jadi siapa yang edit, apapun kepentingannya saya tidak tahu.

RB: Apa sih motif di balik foto tersebut?

Dt: Politik.., jadi susah dibaca. Yang menyebarkan adalah orang tidak bertanggung jawab dan tidak menampakkan batang hidungnya. Saya juga tidak pastikan, sebenarnya musuh dari siapa itu. Yang jelas, pasti ada yang tidak senang sampai membuat isu yang tidak penting dan tidak layak untuk dipublikasi ke masyarakat.

RB: Anda pernah video call dan BBM-an sama Pak ****?

Dt: Telepon pernah, itu pun kalau ada janjian pertemuan. Toh temen-temen media punya akses yang BBM ke Pak ****. Beliau cukup ramah. Di BBM-pun saya ngomong standar-standar tidak pernah ngomong seperti itu. Apalagi BBM bisa di-rename namanya. Semua orang bisa jadi saya. Semua orang bisa menjadi pak **** gitu.

RB: Memangnya ada hubungan khusus dengan Pak ****?

Dt: Kayaknya sama seperti hubungan teman-teman wartawan lainnya dengan Pak ****. Kita jaga kehormatan dia, kita menghargai dia. Memang akhir-akhir ini saya punya komunikasi politik. Saya sempat ke rumah dinasnya 2 kali. Mungkin bisa ditanya langsung ke satpol. Itupun diantarkan oleh tim-tim saya. Pak **** ditemani istrinya. Sempat membicarakan, saya mau terjun ke politik. Kira-kira gimana…apakah ada bantuan. Sekalian saya bawa proposal saat itu.

Walaupun tidak bantu dari pendataan, minimal dia bisa bantu dari keluarga dia. Dari keluarga besarnya. Dan saat itu, Ummi-pun, mengatakan coba kami ke majelis taklim. Dia akan bantu dari majelis taklim. Dan Pak **** pun bersedia akan mengisi ceramah dalam acara pengajian yang rencananya akan dibuat menjelang Pemilu.

RB: Kapan terakhir ke Rumah Dinas?

Dt: Memang tidak tahu pasti, sudah lama. Itupun ngomongnya panjang sama Ibu. Ibu cukup ramah menyambut kita. Terbuka orangnya.

RB: Anda akan menempuh jalur hukum?

Dt: Karena itu bukan saya, saya tidak akan melakukan langkah-langkah yang besar. Ketika itu sudah mengganggu, saya akan menempuh jalur hukum. Supaya bisa dibuka kebenarannya. Dan masyarakat tidak resah dengan orang-orang tidak bertanggungjawab.

RB : Adakah yang Anda curigai siapa di balik ini?

Dt: Banyak orang yang memanfaatkan. Kan ini sudah menjelang Pemilu. Sesudah masalah ini mencuat, ada yang menghubungi saya. Dia, lawan politik Pak ****, Orang itu meminta saya melapor ke polisi soal pelecehan seksual yang dilakukan Pak ****. Saya bilang itu bukan foto saya. Kenapa saya yang harus membuat tuntutan. Mereka bilang siap sediakan pengacara. Saya tidak mau, saya tidak mau gara-gara masalah ini saya malah dimanfaatkan orang-orang yang menginginkan orang-orang yang berkepentingan itu. Kayaknya kita tidak bodoh–bodoh amat. Walaupun mereka menawarkan kebaikan, tapikan dampaknya sudah kita lihat. Apalagi menjelang kedatangan SBY. Wajar lawan politik yang tidak menyukai itu.

RB : Suami Anda tahu?

Dt: Keluarga tahu, suami tahu. Keluarga menguatkan saya. Bagaimana pun itu rekayasa politik, itu berkaitan dengan nama saya. Saya perempuan, otomatis mereka menguatkan saya. (**)

Sumber: harianrakyatbengkulu.com
Share this article :
 
Home : Facebook | BBM | Testimoni
Copyright © 2014. Kolor Ijo - Cinta Terlarang Pejabat Cabul
ANAK BANGSA Mengungkap Fakta Sesungguhnya
Proudly powered by Blogger